Desa Jenggala, 'Surga Kecil' di Tengah Kekacauan Lombok Utara
Agen Poker Online - LOMBOK memang porak poranda akibat gempa Juli 2018. Tapi tidak semua keindahan Lombok hilang bersama gempa tersebut. Sebut saja Desa Jenggala, yang menjadi oase indahnya Lombok di tengah reruntuhan gempa.
Tim Wahana Visi Indonesia menunggu kedatangan ojek gunung di sebuah tempat yang dinamakan posko. Di tempat itu, Anda bisa melihat beberapa pria mengumpulkan kelapa.
Tak sampai satu jam, tepatnya pukul 10 pagi waktu Lombok, tim pergi menuju desa terpencil di dalam hutan.
Tim Wahana Visi Indonesia menunggu kedatangan ojek gunung di sebuah tempat yang dinamakan posko. Di tempat itu, Anda bisa melihat beberapa pria mengumpulkan kelapa.
Tak sampai satu jam, tepatnya pukul 10 pagi waktu Lombok, tim pergi menuju desa terpencil di dalam hutan.
Di sanalah desa jenggala berada. Jalur yang mesti ditempuh pun tidak mudah, dan hanya dapat dilalui motor, karena sisi kanan jalur langsung jurang dan kondisi medan yang becek serta berbatu.
Bahkan, di beberapa titik pemotor harus menghadapi tanjakan yang
cukup terjal, serta turunan yang sangat curam.
Pohon rimbun pun beberapa
kali menutupi jalan, bahkan ada satu spot di mana batang pohon besar
menutupi sebagian jalan akibat longsor yang terjadi belum lama ini.
Menurut pengakuan warga setempat, Apriadi, ibunya melahirkan di
jalan tersebut. Ya, jalan dari posko hingga desa jaraknya sekira 5 km,
ditempuh dalam waktu 1 jam kurang lebih.
Itu kenapa beberapa warga yang
akan melahirkan atau sakit, mesti dibawa keluar dari desa sebelum
kondisi semakin parah.
"Saya dilahirkan mamak saya di jalanan menuju rumah sakit. Jadi,
di jalanan ini saya dilahirkan," cerita Apriadi mengulang kisah masa
lalunya.
Dia menjelaskan, jalanan tersebut tidak memiliki penerangan, sehingga
ketika dilalui malam akan semakin berbahaya lantaran jurang di pinggir
jalan telah menunggu. Meski demikian, Apriadi mengatakan tidak ada warga
di sana yang pernah jatuh ke jurang.
"Kita sudah ajarkan anak di sini (Desa Jenggala) naik sepeda
motor sejak dia sekolah dasar, karena dia akan membutuhkan kemampuan itu
suatu hari nanti," tambahnya, dilansir Agen Poker Online.
Selama perjalanan, hamparan pohon rimbun, suara air mengalir, dan
kicauan burung hutan menjadi sahabat setia yang bisa dinikmati.
Di sisi
lain, penumpang ojek gunung harus pegangan tangan erat-erat karena
kondisi jalan yang sangat tidak stabil dan beberapa kali ada genangan
air yang membuat jalanan semakin licin.
Sepanjang jalan menuju desa, rumah warga memang saling berjauhan, karena pemilik rumah harus membuat rumah di lahan miliknya.
MKV Poker - Agen Poker Online dengan menggunakan uang asli Terbaik dan Terpercaya di Indonesia.
[ BONUS DEPOSIT 10% untuk semua member MKV POKER dengan Minimal Deposit sebesar Rp. 20.000,- ]
"Jadi, kalau misalnya keluarga A punya lahan di lokasi A, ya,
pastinya rumah setelahnya jauh atau di luar dari kawasan lahan keluarga
A. Makanya, di sini aman," ungkap Apriadi lantas tertawa.
Berdasarkan pantuan Okezone, banyak sekali tanaman seperti
cokelat, kopi, kelapa, bahkan pisang tumbuh bebas. Tanaman itu juga
yang kemudian menjadi mata pencaharian warga setempat.
Apriadi menjelaskan, warga di Desa Jenggala itu kebanyakan adalah
petani dan tanaman yang mereka pelihara itu, ya, seperti cokelat,
pisang, kelapa, kopi, vanili, atau beberapa juga pisang.
"Di sini
kebanyakan petani orangtuanya. Tapi, untuk anak muda, karena banyak yang
sampai kuliah, beberapa ada yang bantu orangtua di ladang, ada juga
yang jadi tukang ojek gunung," paparnya.
Apriadi menuturkan alasan kenapa warga tidak mau pindah saja ke
kota atau wilayah lain yang lebih terjangkau.
"Kita semua di sini
kurang punya keahlian. Kalau kita ke kota, kita bisa apa? Punya uang
bagaimana? Makanya, kita bertahan karena di sinilah kehidupan kita,"
terangnya.
Sementara itu, terkait dengan budidaya kopi dan vanili, Nurnah
mengatakan kalau dua tanaman itu menjadi sumber penghasilan kebanyakan
warga Desa Jenggala. Salah satunya dia juga.
"Kopi tumbuh subur di sini. Kakao juga. Tapi, setelah gempa,
udara di sini jadi sedikit panas dan berpengaruh ke hasil panen. Banyak
biji kopi yang mati dan kakao juga sama," tuturnya.
Nurnah melanjutkan, untuk kopi sendiri, dirinya biasa memanen 3
kali dalam setahun. Jumlahnya beragam, tapi biasanya panen kedua yang
bisa sampai menghasilkan panen berkarung-karung.
"Kalau sedang produktif, kita bisa memanen biji kopi itu 500 kilogram
dengan harga per kilogramnya Rp 20.000. Jadi, ya, bisa ngantongin Rp
10 juta sekali panen," papar Nurnah sambil kemudian dia mengarahkan
Okezone ke ladang vanilinya.
Ya, vanili juga menjadi komoditi yang cukup banyak tumbuh di Desa
Jenggala. Tanaman ini bahkan lebih menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Berdasar pengakuan pria berusia 44 tahun ini, per kilogram vanili bisa
dihargai sampai Rp 500 ribu dan panennya bisa sampai puluhan kilogram.
"Di sini tanahnya masih lapar. Jadi, apapun yang ditanam sepertinya
akan tumbuh subur. Itu juga alasan kami masih bertahan di sini dan
kehidupan kami bisa tetap jalan sekali pun keberadaan kami jauh dari
pusat keramaian," ungkapnya.
Post a Comment